Loading Headline News

Indoor - Outdoor Flash dan Bounce/Diffuse

Rabu, 16 Mei 2012

Penggunaan Flash sangat membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan tentang bounce dan diffuse flash. 
(Artikel ini adalah sambungan dari artikel Blitz for Dummies) 

Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz. 

Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat. 
Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.  
Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.  

Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap. 

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita. 

Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya. 

Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya. 
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

Kamera-Digital.com (Agus Chiawono) 
Baca Selengkapnya | komentar

Digital Imaging Tips

Sebelum mengolah foto, Anda harus terlebih dahulu memasukkannya ke dalam komputer. Cara yang mudah yaitu mengambil foto dengan kamera digital dan pindahkan langsung ke komputer. Alternatifnya,
Video klip dengan kamera digital ambil foto dengan kamera biasa lalu hasil cetaknya discan dengan scanner. Kedua cara ini akan dibahas bersama. 

1. Kualitas Gambar      
Membuat foto untuk cetak poster
Kamera digital menyimpan foto dalam format yang berbeda-beda. Selain format terkompresi JPEG, ada pula format TIFF. Dalam format TIFF foto tidak akan dikompresi atau dikompresi seminimal mungkin. Format ini membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar. Untuk mencetak poster dibutuhkan data gambar dan warna seasli mungkin. Jadi, format TIFF lebih cocok untuk keperluan ini.
  
2. Kuantitas Gambar      
Menghemat ruang penyimpanan
Problema dalam fotografi digital adalah ruang penyimpanan yang terbatas. Dengan media penyimpanan 8 Megabyte pada kamera beresolusi 2 Megapixel setidaknya hanya mampu memuat 5 foto dengan resolusi tertinggi. Agar Anda dapat mengambil foto lebih banyak lagi, kurangi resolusi foto yang akan diambil dan pilih JPEG sebagai formatnya.
  
3. Pengambilan Gambar        
Video klip dengan kamera digital  
Banyak kamera digital tidak hanya menghasilkan foto saja. Bahkan beberapa model yang murah dengan harga mulai dari 1 juta rupiah saja sudah dilengkapi dengan fungsi movie yang menjadikan kamera digital sebagai kamera video. Hasilnya adalah video berdurasi pendek yang dapat membuat koleksi foto liburan menjadi semakin menarik. Pilih resolusi maksimal 640x480 pixel hanya jika kamera punya media penyimpan sebesar 64 Megabyte atau lebih. Apabila tidak, kapasitas media penyimpan cepat penuh dan tidak akan ada ruang lagi untuk menyimpan foto.
   
4. Media Penyimpanan
Memutuskan media yang tepat
Format dari media penyimpanan yang sudah umum adalah Compact Flash, Smart Media, dan Memory Stick. Kebanyakan kamera digital hanya dapat menggunakan satu jenis format saja. Kamera dengan Compact Flash dapat menggunakan media penyimpanan Microdrive, sebuah format dari IBM berupa hard disk mini dengan kapasitas sampai dengan 1 Gigabyte. Cukup untuk kebutuhan dokumentasi liburan panjang Anda.
  
5. Memasang Scanner
Hemat waktu dengan koneksi cepat  
Scanner beresolusi tinggi akan menghasilkan data gambar cukup besar. Agar proses transfer data berlangsung lebih cepat, pilihlah scanner dengan interface USB 2.0 atau Firewire. Dengan interface ini data gambar akan ditransfer lebih cepat dibandingkan interface USB 1.1 yang masih menjadi standar umum. Komputer model lama yang hanya memiliki interface serial dan paralel akan memerlukan card USB 2.0 atau Firewire tambahan.
   
6. Proses Digitalisasi
Foto-foto dalam Photo CD 
Sekarang sudah banyak laboratorium foto yang melayani permintaan mendigitalkan foto dari film negatif biasa dan dimuat ke dalam Photo CD. Hal yang praktis bila Anda tidak memiliki scanner. Prosesnya juga cepat karena fotonya akan langsung discan dari film negatif. Photo CD akan menjadi pemetaan langsung film negatif milik Anda yang disimpan dalam resolusi yang tinggi. Sebuah Photo CD dapat dipesan beserta pencucian film negatifnya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Hal yang menyenangkan dari komputer adalah Anda tidak hanya bisa mengarsip dan mencetak gambar digital saja, melainkan juga memberi sentuhan kosmetik dan mengoptimalkan kualitas gambar. Berikut ini akan dibahas langkah-langkah yang umum dalam mengolah foto dengan bantuan software Paint Shop Pro. Namun jangan khawatir, program pengolah gambar lainnya juga menawarkan hal yang serupa. Jika Anda bekerja dengan program lain, gunakan fungsi help untuk mencari menu atau fungsi yang sama.
   
7. Paint Shop Pro
Menghilangkan pola moire 
Siapa pun yang pernah menscan sebuah gambar dari kertas bertekstur, buku, atau koran tentu tahu efek moire. Anda akan melihat permukaan latar foto dengan pola seperti sebuah kain bermotif kotak-kotak. Dengan bantuan image editor, Anda dapat menghilangkan moire tersebut. Bukalah file gambar dalam Paint Shop Pro kemudian klik menu Effects | Enhance Photo | Moire pattern removal. Perbesar nilai Fine details hingga pola moire yang mengganggu ini menghilang. Konfirmasikan perubahan yang telah dibuat dengan mengklik OK.
   
8. Paint Shop Pro
Membuat bingkai (frame) 
Anda bisa menghiasi foto dengan bingkai. Caranya dengan fungsi Picture frame dari menu “Image”. Dalam menu ini terdapat kumpulan bingkai dengan efek berlian, air, atau fantasi. Anda juga bisa menggunakan motif bingkai buatan sendiri dengan cara memilih gambar motif tersebut dari menu “Edit paths”.
  
9. Paint Shop Pro
Mewarnai foto hitam putih
Gambar hitam putih dalam komputer mungkin mengesankan kehampaan saja. Agar lebih menarik, Anda harus menambahkan nuansa warna seperti biru. Caranya, buka foto hitam putih Anda lalu klik pada menu Colors | Increase color depth | Curves | 16 Million colors (24 Bit). Jika Anda tidak mengklik perintah ini, maka gambar secara otomatis ditampilkan dalam mode warna 24 Bit. Sekarang klik Colors | Adjust | Channel mixer. Pilihlah salah satu warna di bawah menu Source channels yang ingin dinuansakan pada gambar Anda. Geser tombol pengatur warna sampai Anda mendapatkan warna yang diinginkan. Terakhir tinggal klik OK.
  
10. Paint Shop Pro
Foto sebagai background di monitor
Ingin menggunakan foto favorit sebagai gambar latar atau background desktop Windows? Ubahlah format foto tersebut ke dalam format Windows compatible BMP. Sebaiknya gunakan resolusi gambar sekecil mungkin agar tidak memakan banyak memori Windows. Buka foto tersebut, klik menu Image | Resize. Pilihlah Pixel size dan berikan nilai 1024 pixel untuk lebarnya (width) dan 768 pixel untuk tingginya (height). Dengan mengaktifkan opsi Maintain aspect ratio maka dimensi gambar akan tetap terjaga. Klik OK dan simpan gambar tadi sebagai Windows Bitmap (.bmp). Tutup program lalu klik kanan pada desktop. Pilih Properties dan di tab Background klik Browse. Pilih gambar yang telah Anda olah sebelumnya dan klik OK.
   
11. Paint Shop Pro
Menyamakan warna pada monitor
Setiap pemula dalam mengolah gambar tentu kenal masalah ini: Setelah bersusah payah mengoptimalkan warna dan kontras pada monitor, tetapi ketika dicetak hasilnya tidak seperti yang terlihat pada monitor. Warnanya tampak lebih kusam. Problemnya adalah tidak adanya kalibrasi antara monitor dan printer. Beberapa program gambar menawarkan manajemen warna otomatis. Namun, Anda juga bisa mengkalibrasinya sendiri. Cetaklah sebuah gambar dan bandingkan tampilan warna hasil cetakan dengan tampilan pada monitor. Anda harus mengatur warna dan kontras hingga mendekati kondisi yang ideal.
  
12. Paint Shop Pro
Filter efek yang mengesankan
Filter efek akan mengubah foto Anda menjadi karya seni dalam sekejap! Kebanyakan program pengolah gambar sudah dilengkapi dengan sederet filter efek yang menawan, seperti efek kilat, kristal, atau tekstur cat minyak. Fasilitas ini masih bisa ditambahkan lagi dengan plugin dari PhotoShop. Setelah instalasi, efek tambahan ini akan dikelompokkan dalam sebuah menu khusus plugin. Dalam program Paint Shop Pro, Anda dapat menemukannya dalam menu “Effects”.
   
13. Paint Shop Pro
Kembali ke versi terakhir
Apabila Anda merasa gambar asli masih lebih baik daripada perubahan yang telah dibuat, atau secara tidak sengaja Anda memberi efek atau warna yang salah, Anda dapat mengembalikan gambar ke kondisi sebelumnya. Dalam Paint Shop Pro cukup dengan klik pada menu Edit | Undo atau tombol “Ctrl + Z”.
  
14. Paint Shop Pro
Menempatkan teks dan grafik
Apabila Anda ingin menghias foto dengan tambahan teks, garis berwarna, atau objek lain, maka Anda butuh fasilitas layer (lapisan). Teks dan gambar lain akan dikerjakan pada lapisan yang terpisah dari gambar asli. Buka menu layer dengan menekan tombol L. Foto Anda akan ditampilkan sebagai Background. Dengan mengklik simbol kertas, akan ditempatkan satu layer baru di atas gambar asli Anda.
  
15. Paint Shop Pro
Membebaskan dari latarbelakang
Apabila Anda inginkan, foto pacar Anda dapat dimasukkan dalam foto baru seolah pacar Anda ada pada saat tersebut. Anda perlu memisahkan sang pacar dari foto dahulu. Akan lebih mudah jika latar belakangnya hanya satu warna, semisal ia berdiri di depan tembok putih. Klik pada tool Magic wand dan klik pada bidang tembok putih. Bidang baru ini akan dibatasi dengan garis putus-putus. Klik menu “Selections | Invert”. Sekarang gambar pacar Anda dapat dicopy dan dimasukkan (paste) ke dalam foto lain, di mana Anda menginginkan kehadirannya. Jika hard disk sudah terlalu penuh dan Anda kesulitan menemukan foto yang dicari, hal ini dapat diatasi dengan beberapa tip penyortiran dan pengarsipan.
  
16. Windows Explorer
Membuat direktori khusus gambar
Simpanlah foto-foto pada folder yang sesuai dengan temanya. Klik menu Start | Programs” dan bukalah program Windows Explorer. Klik pada folder khusus di mana foto akan disimpan, misalnya di C:My DocumentsMy Pictures. Buat folder baru di dalamnya dengan menu Files | New | Folder. Sekarang klik kanan pada folder baru tersebut, pilih opsi Rename dan berikan nama baru yang sesuai dengan tema foto-foto Anda, misalnya Liburan ke Bali.
  
17. Windows Explorer
Melihat foto-foto dengan sekejap
Untuk melihat foto-foto digital Anda dengan cepat, lihat langsung saja dalam Windows Explorer. Kliklah menu View” dan aktifkan opsi “as web page”. Gambar akan ditampilkan di pinggir jendela folder.
  
18. Irfanfiew
Membuat tampilan yang lebih besar
Tampilan gambar dari Windows Explorer memang kecil (ukuran thumbnail). Untuk penyortiran gambar yang lebih baik, gunakan image viewer seperti Irfanview. Jalankan Irfanview langsung dari folder tempat Anda menginstall. Aktifkan jendela thumbnail dengan tombol T lalu buka folder foto Anda. Untuk mengubah ukuran thumbnail, klik menu Options | Set thumbnail options. Ubah setting pada Thumbnail size dari 80x80 pixel menjadi 100x100 pixel atau lebih.
  
19. Irfanfiew
Menyortir foto secara kronologis
Bagi Anda yang mempunyai koleksi foto di dalam komputer dari beberapa kali liburan, Anda dapat mengurutkannya berdasarkan tanggal pemotretan. Buka program Irfanview, tekan tombol T, klik pada folder foto yang dimaksud, lalu klik Options | Sort thumbnails dan pilih opsi by Date. Foto akan tersortir berdasarkan kronologis waktu pemotretan.
  
20. Irfanfiew
Menyimpan gambar hemat tempat
Album foto dapat memakan banyak tempat dalam hard disk. Sebuah foto dalam format TIFF dengan resolusi 1600x1200 pixel butuh ruang 5 Megabyte. Agar lebih hemat tempat, ubahlah formatnya menjadi format terkompresi JPEG. Dengan Irfanview Anda dapat mengonversi banyak gambar berformat TIFF menjadi JPEG hanya dalam satu langkah saja. Jalankan program dan tekan B untuk Batch conversion. Pilih folder dalam Look in dan klik ganda pada setiap file yang ingin dikonversikan. Pilih tempat baru tempat menyimpan data gambar di opsi Output directory. Pilih JPEG sebagai output format. Klik Start maka foto-foto akan otomatis dikonversikan. Isi folder baru ini kemudian bisa Anda buat menjadi photo CD untuk lebih menghemat tempat pada hard disk.
  
21. Irfanfiew
Membuat gambar yang lebih kecil
Tidak hanya untuk penghematan arsip, foto dengan ukuran yang kecil akan lebih cepat dikirim bila Anda menyisipkannya dalam email. Kapasitas email juga tidak dalam email. Kapasitas email juga tidak dapat diubah dengan Irfanview. Jalankan program dan buka gambar. Klik menu “Image | Resize/resample. Tentukan ukuran yang baru pada menu “Set new size” atau pilih ukuran standar yang sudah disediakan di jendela menu bagian kanan. Jangan lupa agar opsi Preserve aspect ratio sudah aktif. Klik OK maka ukuran gambar Anda sudah diperkecil. Tibalah saatnya untuk mencetak foto. Agar semua detail dan warna bisa keluar, Anda membutuhkan kertas foto yang berkualitas dan printer yang memadai. Tak hanya itu, beberapa trik mencetak berikut pasti akan sangat berguna.
  
22. Memperbaiki Kesalahan
Menghilangkan bingkai putih di foto
Mencetak foto digital dengan kertas foto jarang yang sesuai harapan. Seringkali hasilnya terdapat bingkai putih pada cetakan foto. Untung hal ini sudah dapat diatasi oleh printer-printer keluaran baru. Anda hanya perlu mengaktifkan opsi borderless pada software pengendali printernya. Namun, terkadang Anda harus mengoreksi sendiri batasan gambar atau foto dengan image editor.
  
23. Kualitas Foto
Tergantung resolusinya
Anda bisa langsung mencetak foto digital dalam ukuran yang berbeda-beda di laboratorium foto digital. Namun, tentunya tidak semua foto dapat dicetak dengan ukuran sebesar poster karena datanya harus sesuai. Untuk ukuran cetak relatif sebesar 30x45 cm dibutuhkan resolusi foto 3 juta pixel sebagai syarat utama. Sebuah kamera digital kelas menengah saja belum tentu bisa memadainya. Cetaklah dengan ukuran yang lebih sesuai. Untuk ukuran 15x20 cm diperlukan gambar 1,2 juta pixel, dan untuk ukuran 9x13 cm dibutuhkan gambar 0,4 juta pixel saja.
  
24. Menampilkan Foto
Mengatur printer dari kamera
Ada kemungkinan Anda akan bingung jika hendak mencetak foto dari media penyimpan yang sudah penuh. Mana yang harus dicetak, dan yang mana yang tidak perlu? Pada kebanyakan kamera digital terdapat menu untuk dapat memilih terlebih dahulu foto mana yang akan dicetak oleh printer dan berapa banyak yang diperlukan. Untuk hal tersebut maka kamera digital dan printer foto harus sudah mendukung standar DPOF (Digital Printer Order Format).
  
25. Menampilkan Foto
Mencetak foto tanpa komputer
Semakin banyak printer foto yang dilengkapi dengan slot untuk membaca format media penyimpan yang sudah umum seperti Compact Flash, Smart Media atau Memory Stick. Contohnya adalah printer Canon S530D. Bahkan Anda bisa menghubungkan kamera digital ke printer ini untuk langsung mencetak. Pada display printer Anda dapat mengatur berapa jumlah dan ukuran foto yang akan dicetak. Umumnya printer model baru seperti ini juga sudah bisa mencetak semua foto dalam media penyimpan pada satu lembar kertas foto saja. Anda juga bisa mengontrol bagaimana foto akan dicetak pada kertas foto kualitas tinggi dengan ukuran penuh.
  
26. Menampilkan Foto
Menampilkan foto sebagai slideshow
Alternatif selain mencetak: Perlihatkan foto-foto liburan Anda kepada rekan-rekan dengan sebuah CD slideshow. Hal ini tentunya terasa lebih nyaman dibandingkan memperlihatkan cetakan foto yang berukuran kecil. Untuk keperluan ini Anda juga tidak butuh proyektor. Anda bisa menyimpan foto-foto dalam sebuah VCD (Video CD) kemudian perlihatkan di televisi dengan bantuan VCD player atau nikmati langsung dari layar komputer. Penambahan teks serta musik latar akan lebih mempesona tentunya. Anda membutuhkan program seperti WinOnCD, Nero Burning ROM, atau Instant CD/DVD yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah CD slideshow.

Kamera-Digital.com (Computer Easy)

Baca Selengkapnya | komentar

Dasar Pencahayaan


Orang suka membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light (Sumber cahaya pengisi). 

Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast. 

Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll. 

Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan. 

Oleh: D. Z. Sjechlad, Penjahat
Baca Selengkapnya | komentar

Blitz for Dummies


Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Bagaimanapun juga, flash photography adalah satu hal yang perlu dipelajari. Sebagian besar dari pembaca tentunya sudah sering menggunakan flash dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik juga, tetapi tulisan ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar. Benar dalam artian secara teori dapat diterima dan benar dalam artian menggunakan suatu dasar yang dapat dijelaskan secara ilmiah. 

Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan lampu kilat tersebut, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang serta indah, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya foto yang baik dan benar tersebut. Baik kita memandang kamera digital sebagai seni atau teknologi, flash tetap adalah satu sarana mempermudah, mengoptimalkan, dan meningkatkan kreativitas. 

Meter, Aperture, dan Shutter Speed
Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Pada fotografi konvensional menggunakan film, kita ‘melukis’ dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/CMOS pada kamera digital ini harus tepat. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat?

Kita mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Yang biasa kita gunakan adalah lightmeter built-in tersebut. Kita menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa kita (kalau TTL) dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan jenis film yang terpasang dalam kamera kita. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara f/stop dan shutter speed (penjelasan menyusul). Pada modus aperture priority (A/Av) kamera akan menggunakan f/stop yang kita pilih dan menentukan shutter speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus shutter speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan shutter speed yang kita pilih dan menentukan aperture yang tepat. Pada modus manual (M) kita akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut. 

Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:
 f/stop dimana f/ yang lebih besar akan memberikan DoF yang lebih lebar (semakin banyak daerah focus).
 Jarak obyek dimana obyek yang focus lebih jauh akan menyebabkan DoF juga semakin lebar.
 Penggunaan lensa dimana lensa tele akan memberikan DoF lebih sempit daripada lensa sudut lebar (wide angle).

Shutter speed atau kecepatan rana adalah lamanya tirai rana dibuka untuk mengizinkan cahaya masuk. Angka ini disimbolkan dengan satuan detik dan kenaikan/penurunan dalam bentuk kelipatan ½. Contoh: 30s, 15s, 8s, 4s, 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, 1/4000s, dst. Semakin lambat maka cahaya yang masuk semakin banyak. 

Yang diukur oleh meter kamera itulah intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil f/stop atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar f/stop atau mempercepat shutter speed. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa semakin lambat shutter speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri. 

Blitz dan GN
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera. Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN. 

Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh. 

GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm). 

GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.

GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2). 

Film SLRs vs. Prosumer Digital Camera vs. DSLRs
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kamera film dan kamera digital berbeda. Di dalam kamera digital sendiri, ada perbedaan antara kamera poket (dalam hal ini yang biasanya bisa menggunakan flash tambahan adalah PDC/Prosumer Digital Camera)) dan Digital SLR (DSLR). Perbedaan pertama tentu saja dalam hal perbandingan ukuran sensor/film dengan lensa. Karena sensor kamera digital lebih kecil daripada film 35mm, maka kita akan terjebak pada perbandingan panjang lensa yang berbeda. Untuk mendapatkan suatu sudut yang sama misalnya 35mm, maka pada kamera dengan sensor 1/1.8” akan menggunakan lensa sekitar 7.5mm, D100 akan menggunakan lensa 24mm dan 10D akan menggunakan lensa 20mm. Inilah panjang lensa efektif untuk mulai perhitungan menggunakan GN flash tersebut. 

Kedua, zooming. Pada PDC, zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar) dan demikian juga dengan pemakaian zoom konsumer pada SLR/DSLR. Sebagai contoh, kita mengenal lensa 35-70 f/3.3-f.5. Artinya, bukaan terbesar pada 35mm adalah f/3.3 dan bukaan terbesar pada 70mm adalah f/4.5. Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto. 

Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dan lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau kita kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh (after all, ini gunanya lensa tele kan? Untuk memotret obyek yang jauh?). Selain itu ini juga yang akan terjadi jika lensa 35mm kita pasangkan pada DSLR kemudian kita melakukan penghitungan flash tetap dengan menggunakan perhitungan untuk SLR biasa karena sudutnya sebenarnya sudah setara 50mm atau lebih (tergantung faktor pengalinya). Sebenarnya tidak ada masalah berarti yang muncul, tetapi kita ‘menghamburkan’ cahaya tersebut secara sia-sia saja. 

Kamera-Digital.com (Agus Chiawono) 
Baca Selengkapnya | komentar

Fotografi

Petualangan

Puisi & Sastra

Sejarah

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Kalila Mbojo - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger